MEMULAI sebuah usaha tak harus menunggu tua atau sudah tidak
lagi berjaya di dunia kerja. Sukses menjadi seorang pengusaha juga tak harus
menunggu usia senja, masih muda pun bisa.
Kutipan tersebut melekat erat pada sosok Rizki Rahmadianti.
Bagaimana tidak? Di usianya yang baru 33 tahun, dia dengan leluasa menapaki
serta memantapkan diri pada dunia bisnis kerudung atau jilbab. Kini, usaha yang
berawal dari coba-coba tersebut mendatangkan omzet puluhan juta rupiah setiap
bulannya. Maklum, Jilbab trendy Masa Kini buatannya
laris manis dipasarkan karena sedikitnya 30 agennya tersebar di tanah air yang
dirangkul secara online.
Pasarnya tersebar hingga Bontang, Batang, Bekasi, Mataram,
Papua, Magetan, Magelang, Kediri, Madiun, Malang, Jember, Mojokerto dan
lainnya. Lantaran pangsa pasar yang sudah mapan berikut upaya penambahan jumlah
agen baru, bisnis jilbab Rizki berlabel Rizhani ini sama sekali tak terusik
semakin menjamurnya usaha serupa. Sebaliknya, usahanya menggurita di mana-mana.
”Semua ini bermula dari iseng-iseng disela kesibukan saya
sebagai teknisi di sebuah stasiun televisi swasta nasional. Sebelum tahun 2003,
saya coba-coba membuat sesuatu yang unik, dan kebetulan saya suka menyulam,
akhirnya saya coba menyulam jilbab saya,” kata Rizki saat ditemui di
workshop-nya di kawasan Perumahan Rungkut Barata, Surabaya, Jawa Timur,
beberapa waktu lalu.
Awalnya,jilbab yang dibeli dari Royal Plaza, Surabaya,
dibongkarnya untuk dipelajari. Baik desain aplikasi pita dan benang sulamnya.
Lantas dia berupaya memasukan unsur kreasinya dalam
modifikasi tersebut, dan tetap mengedepankan estetika. Dari upaya ini, Rizki
yang semula hanya bisa menjahit lurus, kini semakin lihai. Beberapa kerudung moderen modifikasi karya sendiri kerap
dipakai bepergian, baik di sekitaran Perumahan Rungkut Barata VI Surabaya,
dalam maupun luar kota.Tak jarang banyak orang yang menanyakan tempat pembelian
jilbab, tak lama setelah melihat jilbab yang dikenakan si empunya.
Kontan saja dengan bangga Rizki bertutur, jika jilbab
tersebut adalah hasil buah tangannya, termasuk kreasi serta modifikasinya.
Menangkap adanya peluang bisnis, Rizki langsung saja menyanggupi pesanan
perdana dari seorang kenalannya. Kala itu dia tak sebatas melayani satu pesanan
saja. Berbekal modal awal Rp300 ribu, alumni Fakultas Teknik Elektro
Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang ini sengaja membuat aneka jilbab dengan
beragam model.
Buah tangan nonpesanan lantas ditawarkan kepada ibu-ibu
pengajian di kampungnya. ”Respons ibu-ibu kelompok pengajian di kampung saya
begitu menggembirakan,” ungkap sulung tiga bersaudara ini. Dan sejak tahun
2003, perempuan yang pernah mengenyam pendidikan mode di sekolah mode Suzan
Budiharjo ini resmi melayani pesanan aneka kreasi jilbab.
Macam-macam sampel untuk meyakinkan mereka yang berkerudung
dibuat. Hal ini dilakukan untuk menyasar semua segmen, mulai anak-anak, belia
atau remaja, dewasa hingga kalangan orang tua. Rizki yang pernah tahu banyak
tentang media dan menguasai penggunaan perangkat teknologi informasi, tak
sebatas menerapkan promosi pemasaran secara tradisional, dari mulut ke mulut
atau sebatas antar relasi.
Sebaliknya, sarana internet dimanfaatkan dengan bukti
dibuatnya website www.rumahjilbabananda. com dan www. kerudungrizhani.com.
Semua contoh jilbab hasil kreasinya pun di-upload. Hasilnya, luar biasa. Di
awal pemanfaatan website, pesanan 200 jilbab dari seseorang di Jakarta sudah di
depan mata, bahkan langsung dibayar di muka. ”Ini betul-betul kejutan bagi
saya. Promosi lewat online kalau display-nya bagus memang manjur. Saya
menjadikan keponakan dan saudara sebagai model. Editing photoshop-nya saya
maksimalkan,” kata ibu dua anak ini.
Pesanan Naik Dua Kali Lipat saat Masuki Lebaran
Pucuk dicinta ulam tiba. Bisa jadi pepatah tersebut yang
kini dirasakan Rizki Rahmadianti. Meski saat pertama kali pembuatan kerudungnya
tidak memiliki tenaga kerja, tapi dia tetap berani menggarapnya.
Perlahan tapi pasti usahanya pun kini semakin tumbuh hingga
akhirnya bisa mempekerjakan sekitar 80 karyawan baik tetangga, teman dan
kenalan lainnya. Dari jumlah tenaga kerja itu, 30 orang di antaranya sebagai
karyawan tetap, dan 50 lainnya karyawan lepas.
Bahkan, menjelang Lebaran seperti sekarang, Rizki mau tidak
mau harus menambah stok bahan baku dan tenaga kerja lepasnya karena pesanan
kerudungnya meningkat 100 persen bahkan hingga 200 persen.
Pada hari biasa yang jauh dari momen puasa dan Lebaran,
Rizki bisa memproduksi jilbab rata-rata 3.000 potong per bulan. Seperti
usaha-usaha lainnya, pada mulanya Rizki sempat kesulitan memasarkan produk
karena harus memasarkan ke toko-toko dan bersaing dengan produk lain. Harga
yang dipatok Rp20 ribu per potong dianggap mahal. Namun, setelah membuka
keagenan dengan sistem online, kini upaya memasarkan produk bukan lagi hal yang
sulit.
Dia memanfaatkan agen serta jaringan distribusi lainnya
diyakini lebih menguntungkan. Meski demikian, Rizki tidak mematok harga
penjualan semurah mungkin untuk setiap potong jilbabnya. Namun, dia bisa
memberikan diskon jika agen atau distributor membeli produknya dengan nilai
minimal Rp6 juta.”Diskonnya tidak per potong, tapi per jumlah pembelian.
Misalnya kalau pembelian minimal Rp6 juta akan diberi diskon sampai 40 persen,
kalau pembelian Rp200 ribu, diskonnya cuma 5 persen,” katanya.
Memanfaatkan sistem pemasaran online membuat bisnis tersebut
tanpa batas. Pasar jilbab yang mampu ditembus Rizki tak sebatas pasar domestik.
Dia juga pernah mengecap manisnya ekspor produk buatannya, ke Hong Kong dan
Malaysia.“Permintaan ke Hong Kong sudah ada. Mungkin nanti saya akan jajaki ke
Malaysia dan kantong-kantong TKI (Tenaga Kerja Indonesia) lainnya.
Untuk mengembangkan pasar ekspor, saya minta difasilitasi
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jatim melalui P3ED (Pusat Pelatihan dan
Promosi Ekspor Daerah),” ujarnya. Kendati demikian, pasang surut usaha tak
jarang dirasakannya. Terlebih lagi di akhir 2009 ketika semakin banyak pemain
di bidang yang sama.
“Permintaannya mulai stag di 2009, bahkan awal 2010 pesanan
menurun.Tapi terus saya siasati dengan membuat desain yang inovatif,” katanya.
Hasilnya, kini omzet Rp60–70 juta per bulan mampu diperolehnya. Dari jumlah
tersebut, 20 persen di antaranya merupakan keuntungan bersih.
Diversifikasi Usaha
Pada awal usahanya, Rizki memilih nama Ananda sebagai merek
buat produk buatannya. Namun,ketika berupaya mematenkan merek tersebut,
ternyata ada warga Bekasi, Jawa Barat, yang lebih dulu menggunakan dan
mematenkan merek Ananda.
Karena ingin jilbab kreasinya mendapat hak paten, Rizki lalu
menggunakan nama Rizhani sebagai brandbaru.
Akibatnya penjualannya sempat drop karena ganti nama.
Beruntung kini omzet kerudung merek Rizhani yang sudah dipatenkan kembali
meningkat. Kini Rizki juga tak sebatas membuat aneka kerudung saja.Seiring
bergulirnya waktu dia juga membuat busana muslim, berupa kaos lengan panjang.
Dalam sehari dia bisa memproduksi 200 kaos kreasinya. ”Obsesi saya ke depan
ingin membuat seluruh busana, mulai kaki sampai kepala,” tandasnya. (adn)
(Soeprayitno/Koran SI/rhs)